Kamis, 05 Februari 2015

Life by Grace
Efesus 2:8,9

Ø Ilustrasi:



Seorang raja keluar istana berjalan-jalan melihat kondisi kerajaannya. Ia melihat bahwa tidak semua rakyatnya hidup makmur, ada beberapa yang hidup sederhana bahkan miskin. Maka raja memerintahkan kepada pegawainya untuk memanggil orang-orang miskin itu ke istananya untuk tinggal dengan raja. Beberapa orang sangat bersukacita dan langsung meninggalkan rumahnya dan segala yang dimiliki untuk tinggal dengan sang raja. Tetapi ada yang tidak percaya dengan perkataan pegawai itu, katanya, “Mana mungkin raja mau tinggal dengan kami yang seperti ini. Aku tidak mau, kamu pasti menipu aku.” Dan orang yang tidak mau datang itupun tetap menjadi orang miskin.

Ø
Perenungan:
Apa anugerah yang Tuhan berikan kepadamu?
(ayat 8a) ........................................................................................................

Atas anugerah yang kamu terima itu, adakah usaha yang harus kamu lakukan untuk menerimanya?
(ayat 8b-9) ....................................................................................................
Apa yang harusnya ada padamu agar kamu menerima anugerah itu?
(ayat 8a) ........................................................................................................

Ø Penerapan:
Jika kamu belum menerima anugrah keselamatan, berdoalah demikian:
-          Mengakui dosa-dosa (sebutkan dosa-dosamu)
-          Mengakui hanya anugerah oleh pengorbanan Yesus yang dapat menyelamatkan
-          Mengundang Yesus menjadi Tuhan dan juru selamat pribadi

Jika kamu sudah menerima anugerah keselamatan, apa yang akan kamu lakukan untuk mensyukurinya dan untuk menjalani hidup dalam anugerah keselamatan itu?
Menurutmu apa itu KESELAMATAN?

KESELAMATAN = MUJIZAT
Keselamatan adalah mujizat, karena dengan menerima keselamatan maka orang menjadi ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru oleh karena lahir dari Roh. Yang semula lahir dengan tabiat alamiah yakni tabiat dosa yang tidak punya harapan untuk menjadi baik, sekarang dilahirkan kembali dalam roh dan menerima hidup kekal dan tabiat baru.

KESELAMATAN = PRIBADI
Keselamatan mempertemukan dengan Pribadi luar biasa. Pribadi yang menyatakan Allah, mencukupi kebutuhan, memelihara, menyembuhkan dari sengat dosa,  memberi hidup kekal,
Keselamatan membawa pada satu perjanjian kekal yang bukan berdasarkan kesanggupan saya tapi pekerjaan Allah. Allah mengampuni dosa, memberikan kebenaran-Nya, menjadikan saya anak Allah untuk selama-lamanya dan memberi hak menjadi ahli waris.

KESELAMATAN = DIBAWA PADA RENCANA KEKAL
Rencana kekal Allah mengakibatkan hubungan yang benar mengakibatkan sukacita. Sukacita dan hubungan yang benar bukan tujuan tapi akibat.
Sejak menerima Yesus/ menerima keselamatan berarti sejak saat itu ikut serta pada rencana kekal Allah. Fokusnya bukan lagi diri sendiri tetapi rencana Allah. Allah yang memulai dan menyelesaikan itu bukan usaha diri saya. Jadi kesanggupan menjalani kehidupan Kristen saya itu juga bukan karena saya demikian juga dengan sukacita saya. Kalau memandang diri maka akan berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan tapi jika memandang Kristus maka akan beroleh sukacita yang mulia dan tidak terkatakan bahkan ketika keadaan yang tidak menyenangkan sekalipun. Segala sesuatu Tuhan atur untuk kebaikan saya selama-lamanya
Jangan berpegang pada sukacita tetapi pandang Yesus dan rencana Allah, pegang firman Tuhan dan bertumbuh, maka sukacita itu akan datang dengan sendirinya.

UBAH CARA PANDANG
Cara pandang yang salah à memandang diri sendiri, sukacita
Cara pandang yang benar à memandang pada Yesus, rencana Allah



Kamis, 11 Oktober 2012

Tentang remaja


REMAJA

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO).
Sementara United Nations (UN) atau PBB menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.

Ada beberapa perkembangan remaja yang perlu diperhatikan, yaitu:
Perkembangan Jasmani/Fisik
Pada masa ini remaja mengalami kematangan organ seks tetapi belum berfungsi secara penuh.
Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya. Ini disebabkan oleh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipophise (khusus pada laki-laki adalah akibat hormon yang dihasilkan oleh testis  yang akan mempengaruhi tidak hanya pertumbuhan, tapi juga suasana alam perasaan (mood) Mungkin perlu dicatat bahwa pada satu tahun pertumbuhan akan bertambah 7 cm, sedangkan pada tahun berikutnya hanya sedikit, atau pada suatu saat kulitnya licin dan bagus, sedangkan pada bulan berikutnya menjadi penuh jerawat.

Perubahan yang terjadi:
·         Bahu melebar, bentu muka menjadi lebih menonjol dan kening menjadi lebih tinggi.
·         Pertumbuhan Rambut Dan Bau Badan
·         Ukuran penis
·         Mimpi basah
·         Perubahan Suara

Kondisi fisik remaja akan berubah secara cepat dan dratis antara usia 11 dan 16 tahun.
Akibat perkembangan fisik ini (khususnya dari segi seksual) akan berdampak pada hubungan "kasualitas" yang berjalan dari aspek fisik ke aspek psikososial. ia akan merasa minder apabila suaranya masih tetap kecil atau bulu – bulunya belum tumbuh merasa malu dan takut bila ketahuan tempat tidurnya basah karena semalam mimpi basah.

Perkembangan Kognitif/ Intelektual
Tahap operasi formal (11-15 tahun); Pada tahap ini remaja diharapkan telah mencapai kematangan intelek di mana ia sudah mampu berpikir jauh melampaui dunia real dan keyakinan sendiri dan sudah mulai mampu berpikir ilmiah (hipotetis-deduktif) dan sistematis serta tidak lagi sekedar meniru orang lain. Pada masa remaja, seseorang juga sudah dapat berpikir secara kritis.

Perkembangan Sosial
Tahap Identitas lawan Kebingungan Peran (12-19 tahun); Pada tahap ini remaja rentan sekali terhadap pengaruh luar demi sebuah "kesetiaan" atau "pengabdian" melalui konfirmasi ideologi-ideologi dan afirmasi dari kawan-kawan. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk menggabungkan diri dalam 'kelompok teman sebaya. Kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga. Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja  juga sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa.

Perkembangan Emosi
Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hor-monal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap perubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal. Menurut penelitian, remaja butuh waktu 45 menit untuk berubah ‘senang luar biasa’ ke ‘sedih luar biasa’.

Perkembangan Moral
Tahap Orientasi Anak Baik; Pada tahap ini remaja biasanya melakukan perbuatan baik yang digerakan oleh keinginan-keinginan agar diterima dan disetujui oleh orang lain.
Tahap Orientasi Hukum dan Ketertiban; pada tahap ini perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri.
Pada masa remaja terjadi perubahan kontrol tingkahlaku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi prinsip moral umum pada remaja. Karena itu pada masa ini seorang remaja sudah dapat diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi tingkahlaku moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja, seseorang juga mengalami kegoyahan tingkah laku moral.

Perkembangan Iman
Tahap Kepercayaan Sintetis-Konvensional (usia 12-17 tahun); pada saat ini remaja membentuk pandangan hidupnya melalui apa yang dipercayai oleh keluarganya sendiri, ke arah pandangan dari luar.

Remaja Penuh Pertanyaan? Karena mencari Identitas atau membentuk konsep diri
Jaman dulu pertanyaannya:
1. Siapa sih “gue” ?
2. Mau jadi apa “gue” nanti ?
3. Bisa gak “gue” bikin ortu “gue” bahagia ?
4. Dan lain-lain
Jaman sekarang pertanyaannya:
1. Gimana caranya supaya bisa dapetin si doi ?
2. Gimana caranya supaya bisa gabung dengan komunitas (mis: emo, punk, dll)
3. Gimana sih rasanya narkoba ?
4. Gimana caranya bisa dapet duit buat taruhan sama temen ?
Atau, rasa ingin tahu mereka juga dapat diwakilkan dengan beberapa tingkah laku, seperti:
1. Menyimpangkan uang SPP/semesteran
2. Membentuk kelompok yang beraliran punk/ emo
3. Merokok, memakai narkoba sebagai bukti soladaritas dalam kelompok
4. Mencuri/berjudi supaya bisa dapet duit untuk taruhan.
5. Dll.

Masalah umum Remaja:
·         Suka dengan lawan jenis (krn keren, cantik, terkenal, kakak kelas, ga boleh ortu, minder)
·         Berpacaran (boleh atu ngga?, putus, backstreet)
·         Seks (ingin tahu, coba2, masturbasi/ onani, film/situsporno)
·         Orangtua (penghargaan, kebebasan, tidak terima keadaan klg, menuntut keadilan)
·         Sekolah (pelajaran, kenakalan, kompetisi, guru)
·         Konsep diri (minder cz fisik, takut bicara, jerawat, ketombe, BB, ekonomi)
·         Teman (arti persahabatan, rahasia, peduli, ejekan)

renungan 1


Tahan Banting


Bacaan: Filipi 1:12-26


Ada dua orang karyawan pabrik yang sedang bekerja. Tiba-tiba salah satu karyawan itu, sebut saja si A, menjatuhkan sesuatu dan menimpa kaki temannya si B. Langsung temannya itu marah-marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Mendengar itu orang tadi juga membalas dengan kata-kata yang kasar. Pitu tidak terhentikan dan cenderung menjerumus pada hal yang kasar. Si A berkata, “ Ayo kita selesaikan saja sekarang dengan berkelahi.”. Si B menjawab, “Ok, siapa takut. Ayo!”. Tapi Si A kembali berkata, “ bentar, tapi ada peraturannya.”, “Peraturan apa, dah langsunga saja.” Jawab Si B. Kata Si A, “ jangan, daripada tenaga kita terbuan sia-sia, padahal kita masih harus kerja, begini saja peraturannya. Aku memukul kamu 10 kali lalu kamu memukul aku 10 kali, yang masih bertahan ia pemenangnya,” tanpa pikir panjang si B mengiyakan. Lalu Si A memukul si B 10 kali. Ketika tiba giliran si B memukul, ia sudah tidak berdaya dan tidak sanggup memukul. Ia malah terkapar. Si B ketika tidak menerima penderitaan kecil dari temannya karena hal sepele malah harus mengalami kesusahan karena sudah tidak berdaya terkena pukulan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, jemaat Filipi ini merupakan jemaat yang cukup dekat dengan Paulus. Filipi sendiri adalah kota perantauan orang Roma yang berada di Provinsi Makedonia dan merupakan kota pertama di Makedonia yang dikunjungi Paulus. Ada peristiwa menarik pada awal pelayanan Paulus di sana. Karena mengusir roh tenung dari seorang hamba perempuan, Paulus ditangkap. Tuan-tuan dari hamba perempuan ini tidak terima sumber penghasilannya hilang, karena mereka menjadi kaya karena tenung hamba perempuan itu. Maka Paulus diseret ke pembesar kota. Paulus difitnah mengacau kota karena mengajarkan hal yang orang Rum tidak boleh terima. Akibatnya ia didera berkali-kali dan dipenjara di ruang paling tengah dengan pasung yang kuat. Awal pelayanan Paulus di sana dimulai dengan banyak penderitaan dan siksaan. Jemaat mula-mula di kota itu, yaitu Lidia dan keluarganya langsung diperhadapkan dengan banyaknya penderitaan yang harus dihadapi sebgai orang Kristen. Mereka sendiri melihat Paulus sebagai rasul, guru dan bapa rohani mereka dianiaya karena pemberitaan Injil. Namun lewat pemenjaraan itu, Paulus justru dapat menolong kepala penjara dan seisi keluarganya menerima Kristus. Hal itu terjadi ketika di penjara ia dan orang yang menyertai pelayanannya memuji Tuhan hingga didengar orang hukuman lain. Maka terjadilah gempa, sendi-sendi penjara goyah, semua pintu terbuka dan belenggu mereka lepas. Mengetahui itu, kepala penjara ingin bunuh diri. Tetapi oleh pertolongan Paulus dia dan keluarganya akhirnya percaya kepada Kristus.
Jemaat Tuhan, dari apa yang kita baca ini, kita ketahui bahwa keadaan Paulus ketika menuliskan surat Filipi tidak berbeda dengan keadaan waktu Paulus memulai pelayanan di Filipi, Paulus juga sedang berada dipenjara karena pemberitaan Injil. Melalui perikop ini ada sesuatu yang  sangat penting yang ingin Paulus bagikan pada jemaat di Filipi. Paulus hendak menjelaskan keadaannya yang dipenjara karena Injil. Paulus menegaskan bahwa jemaat tidak perlu risau akan keadaannya di dalam penjara. Dari ayat 12 kita lihat bahwa justru bagi Paulus pemenjaraannya adalah suatu keuntungan karena menyebabkan kemajuan Injil. Bukti kemajuan Injil itu ialah ketika seluruh istana dan orang lain tahu ia dipenjara oleh karena Kristus. Namun juga selain itu Paulus bersukacita karena oleh pemenjaraannya orang yang percaya diteguhkan dan makin berani memberitakan Injil. Bagi Paulus adalah penting jika Injil makin diberitakan baik oleh orang dengan motivasi yang benar ataupun tidak. Dari sini kita lihat bahwa Paulus ingin menenangkan hati jemaat, tetapi juga hendak menunjukkan kepada jemaat mengenai teladan hidupnya sebagai orang Kristen. Paulus mengajarkan suatu prinsip hidup kepada jemaat. Sukacita Paulus adalah ketika oleh karena keadaan yang dialaminya Injil diberitakan, entah ada orang dengan maksud benar menerimanya atau ada orang yang menolak dan malah menganiaya Paulus. Yang menjadi pertanyaan bagaimana Paulus dapat melakukan hal yang demikian. Jika kita membayangkan sekarang pasti rasanya “ngeri” dengan keadaan Paulus. Coba saja jemaat bayangkan, jika kita sebagai orang Kristen pada jaman sekarang megalami aniaya. Adakah seperti yang Paulus alami saat itu? Bagaimana jika kita yang mengalami aniaya itu?
Pada hari ini, untuk mengerti mengenai pinsip hidup Paulus ini kita akan melihat dasar prinsip ini. Dasar prinsipnya ada pada ayat 19 yaitu bahwa Paulus memiliki keyakinan akan keselamatannya oleh doa jemaat dan pertolongan Roh Kudus. Ia meyakini bahwa jemaat setia berdoa baginya. Biar bagaimanapun jemaat Filipi mengerti betul bagaimana hidup Paulus memperjuangkan Injil karena melihat sendiri ketika Paulus memulai pelayanan di sana. Jemaat tentu setia berdoa bagi bapa mereka. Adakah kita setia berdoa bagi pendeta kita? Atau majelis kita? Atau bapa-bapa gereja kita? Doa kita bagi pelayanan dan hidup merka sangat penting. Namun bukan hanya itu saja, doa kita bagi sesama jemaat Allah sangat penting untuk saling menopang di masa yang makin sukar ini. Penting bagi kita untuk saling menanggung beban saudara kita dalam doa. Dan satu hal yang sangat penting dan tidak dapat kita abaikan adalah pertolongan Roh Kudus. Segala perkara hanya dapat ditanggung jika mengandalkan pertolongan Roh Kudus. Hal seperti inilah yang menenangkan hati Paulus dan menyanggupkan Paulus untuk tetap bertahan menghadapi aniaya yang ia terima.
Ayat 20 dan 21 menegaskan bahwa Paulus tidak peduli harus menanggung penderitaan yang seperti apapun asal Kristus dimuliakan dengan tubuhnya, baik oleh hidup dan matinya. Sungguh suatu prinsip hidup yang radikal. Apakah jemaat saat ini juga demikian? Bagaimana jemaat menghadapi ejekan atau fitnahan tetangga? Bagaimana jemaat jika diperhadapkan dengan kondisi keuangan yang sulit, sedangkan ditempat pekerjaan jemaat  ada tawaran menggiurkan untuk mendapatkan uang lebih dengan sedikit tidak jujur? Atau tidak perlu pada keadaan yang ekstrim seperti itu. Bagaimana jemaat memperjuangkan datang ke gereja ketika hari hujan? Bagaimana jemaat bersikap dengan keluarga yang menyakiti hati? Sikap-sikap jemaat terhadap hal-hal ini menunjukkan bagaimana prinsip hidup jemaat. Paulus sendiri hendak memuliakan Tuhan dengan apapun keadaan yang ia alami. Ia juga menegaskan dalam ayat ke 22 bahwa hidup harus memberi buah. Sudahkah ada buah-buah yang baik yang kita hasilkan dalam hidup kita?
Ini merupakan pertanyaan yang penting bagi kita sebagai jemaat Tuhan. Apa yang sudah kita lakukan untuk memuliakan Tuhan dengan hidup kita? Mari jemaat Tuhan, kita merengunkan hal ini. Kiranya dalam hidup kita, kita menghasilkan buah yang baik. Marilah kita menunjukkan perbuatan baik kita kepada setiap orang, bukan hanya kepada orang-orang yang kita kasihi, tetapi kepada setiap orang. Mari kita bersikap dengan benar ketika ada penganiayaan yang kita alami, ketika hal yang menyakitkan menimpa kita. Datang pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya akan memampukan kita hidup bagi kemuliaan-Nya. Biar Injil diberitakan lewat hidup kita. Milikilah tujuan hidup seperti itu. Sebagaimana Paulus sudah memberi teladan pada kita. Amin

Selasa, 09 Oktober 2012

Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan


Aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan



FILSAFAT PENDIDIKAN
Merupakan terapan dari filsafat umum, maka selama membahas filsafat pendidikan akan berangkat dari filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu
a. Filsafat pendidikan “progresif”
Didukung oleh filsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau
b. Filsafat pendidikan “ Konservatif”.
Didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalisme atau realisme religius.

Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme,dan sebagainya.


Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme
Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, Ludwig Feurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Progresivisme bercirikan atas penolakan segala bentuk otoritarianisme dan abslutisme. Disamping itu progresivisme juga kepercayaan juga menaruh kepercayaan penh terhadap kuasa manusia dalam menentukan hidupnya. Faktor kebebasan penuh yang dimiliki oleh manusia menjadi ciri khas manusia progresif.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Aliran ini bercirikan humanisme, dan merupakan perpaduan antara  filsafat idealisme dan realisme  hampir sepadam dengan progresivisme.
Yang membedakan antara progresivisme dan eensialisme adalah pada orientasi pendidikan masing-masing. Filsafat pendidikan  progresivisme berhaluan masa depan sehingga dengan pendidikan dipandang debagai upaya merekontruksi secara terus menerus pengetahuan bagi manusia menuju kesempurnaan. Progresivisme berhaluan  anti kemapanan sehingga bertentangan dengan esensialisme, sementara aliran esensialisme lebih berorientasi  untuk mempertahankan nilai-nilai yang sudah mapan.
 Aliran filsafat  pendidikan esensialisme merupakan gelombang counter atas pola piker ilmiah dan materialistik abad modern sehingga sangat mengabaikan potensi-ptensi  kemanusiaan (humanisme) karena mdenitas membuahkan kehampaan spiritualitas bagi manusia  maka sangnt bertentangan dengan fitrah manusia pada umumnya-. Oleh karena itu pandangan filsafat esensialisme berusaha mengembalikan manusia sesuai fitrahnya.
Tujuan utama aliran filsafat ini  esensialisme adalah  menggapai kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Alran ini bernuansa theistik karena menyempatkan ruang bagi dunia lain di luar batas dunia lain.aliran filsafat perenialisme bercirikan atas norma-norma kekekalan sesuai dengan namanya perennial yang artinya abadi atau kekal.
Aliran ini merupakan gelombang counter atas modernitas di barat yang cenderung kering dari nuansa religiusitas.
Aliran filsafat pendidikan eksistensialisme  mencuat kepermukaan pasca perang ke dua. Pasca perang dunia ke dua peradaban nmanusia hamper mengalami kepunahan banyak kemudian pemikir duniamulai memikirkan nsib dunia danperadabannya. Lahirlah aliran pemikiran eksisitensialis dalam bidang pendidikan.
Tujuan  utama  aliran filsafat pendidikan eksisitensialisme adalah mengembalikan sepenuhnya peradaban manusia  yang hamper mengalami kepunahan. Pasca perang ke dua peradaban manusia banyak yang hansur akibat keserakahan kelompokm manusia. Filsafat eksistensialissme  mencoba untuk menjawab fenomena kepunahan manusia tersebut.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.


8. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
  1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
  2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
  3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut  J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert Maynard Hutchins dan ortimer Adler


9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme
Merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Filsafat pendidikan rekonstruksionalisme, juga merupakan juga merupakan gelombang counter atas krisis kemanusiaan di era modern. Senafas dengan progresfisme  dan perenialisme, filsafat rekontruksionalisme berusaha membangun peradaban secara dinamis tanpa terhenti oleh kemapanan, disamping mengembalikan arti kebebasan manusia seduai dengan fitrahnya.
Aliran filsafat  pendidikan rekonstuksionalisme menjadi kekuatan baru dalam usaha membongkar tatanan lama yang penuh dengan penuh dengan permasalahan menjadi tatanan baru demi kebaikan manusia. Para penyokong  rekontruksionakisme  yakin akan tatanan dunia baru  dengan peradaban yang baru pula.
Beberapa tokoh dalam aliran ini:Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.


INSEMINASI BUATAN MENURUT PANDANGAN ETIKA KRISTEN


INSEMINASI BUATAN MENURUT PANDANGAN ETIKA KRISTEN


Setiap pasangan suami isteri pasti mengharapkan hadirnya seorang atau beberapa orang anak sebagai buah hati perkawinan mereka. Namun tidak jarang sebuah perkawinan tak kunjung mendapatkan sesosok anak yang diidam-idamkan selama perkawinan. Banyak faktor tentunya yang menyebabkan suatu pasangan suami isteri tidak kunjung mendapatkan turunan, misalnya gagal rahim, mandul, dan lain-lain. Banyak pula pasangan perkawinan menempuh berbagai cara untuk mendapatkan anak. Misalnya; adopsi, inseminasi buatan, dan bayi tabung. Inseminasi buatan adalah konsepsi (pembuahan) terhadap sel telur oleh sperma hasil para donor yang disimpan di laboratorium. Robert T Francoeur dalam bukunya berjudul:"Biomedical Ethics" mengungkapkan bahwa setiap tahun 30.000 s/d 40.000 bayi lahir di Amerika hasil inseminasi buatan. Di mana sel sperma yang ditabung itu tidak lagi jelas siapa pemiliknya (anonim).
Sebelum lebih lanjut mengenai pandangan etika Kristen terhadap inseminasi buatan ini, alangkah lebih baiknya jika kita mengerti dahulu apakah itu inseminasi buatan.  Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination berasal dari kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. Artificial insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan. Secara medisnya Inseminasi buatan diartikan sebagai peletakan sperma ke follicle ovarian (intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami. Sederhananya inseminasi buatan adalah memasukkan mani/ sperma laki-laki ke dalam alat kelamin wanita dengan jalan buatan. Dengan kata lain tidak melalui persetubuhan. Normalnya penghamilan wanita dalam kehidupan pernikahan dilakukan dengan adanya persetubuhan. Teknik modern untuk inseminasi buatan pertama kali dikembangkan untuk industri ternak untuk membuat banyak sapi dihamili oleh seekor sapi jantan untuk meningkatkan produksi susu. Sedangkan inseminasi buatan pada manusia pertama kali dilakukan tahun 1700 di Inggris. Inseminasi ini dilakukan dengan menggunakan sperma dari suami telah dilakukan secara intravagina (dalam vagina). Sophia Kleegman dari Amerika Serikat adalah salah satu perintis yang menggunakan inseminasi buatan dengan sperma suami ataupun sperma donor untuk kasus infertilitas. 
Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa orang melakukan inseminasi buatan. Yang pertama adalah karena seorang suami tidak dapat melakukan persetubuhan yang baik, misalnya ia memiliki impotensi atau lemah syahwat. Dapat juga terjadi jika seorang suami atau istri memiliki kelainan pada alat kelaminnya, sehingga sperma yang sehat tidak dapat masuk ke tempat yang semestinya. Pada wanita kendala ini dapat berupa hipofungsi ovarium, gangguan pada saluran reproduksi dan rendahnya kadar progesterone. Sedangkan pada pria berupa abnormalitas spermatozoa kriptorkhid (Sperma yang lemah dalam pergerakan), azoospermia (Mandul karena mani tidak mengandung sel mani hidup) dan rendahnya kadar testosterone (Hormon kelamin pria dihasilkan oleh testis). Selain untuk memperoleh keturunan, inseminasi buatan juga dilakukan karena faktor kesehatan. Ada juga alasan untuk mengembangbiakan manusia secara cepat, untuk menciptakan manusia jenius, ideal sesuai dengan keinginan, sebagai alternatif bagi manusia yang ingin punya anak tetapi tidak mau menikah dan untuk percobaan ilmiah.
Ada dua jenis inseminasi buatan, yakni inseminasi buatan homolog dan inseminasi buatan heterolog. Inseminasi buatan homolog adalah inseminasi buatan dengan megunakan mani suami sendiri. Inseminasi buatan heterolog adalah inseminasi buatan dengan menggunakan mani donor. Ini dilakukan jika suami tidak bisa memproduksi sperma atau azoospermia atau pihak suami mengidap penyakit congenital (Penyakit bawaan sejak lahir) yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Penderma sperma harus melakukan tes kesehatan  terlebih dahulu seperti tipe darah, golongan darah, latar belakang status physikologi, tes IQ, penyakit keturunan, dan bebas dari infeksi penyakit menular.
Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar daripada  dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat, dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar pankreas.
Persoalan yang muncul dari hasil-hasil inseminasi ini antara lain: bagaimana hak anak untuk mengetahui ayahnya yang sesungguhnya, hak untuk mengetahui latarbelakang ayahnya, dan bagaimana hak sang donor untuk dirahasiakan identitasnya, termasuk terhadap anak yang dihasilkan dari pembuahan oleh sel sperma sang donor. Persoalan lebih rumit lagi terjadi ketika sepasang remaja mengumumkan rencana perkawinan mereka. Namun dokter yang menginseminasi mereka mengetahui rencana perkawinan mereka, dan akhirnya mengumumkan bahwa 20 tahun lalu mereka berdua adalah hasil inseminasi dari donor yang sama. Sungguh kacau dan menyedihkan bukan? (Francoeur, 1977, hal. 207). Menyikapi aktivitas inseminasi dan problema-problema yang muncul sebagaimana diuraikan di atas, nampak bahwa upaya manusia memang seringkali melangkahi kodratnya sehingga menimbulkan kekacauan. Anak adalah buah hati kasih sayang dan cinta antara dua pasangan yang diikat oleh sebuah perkawinan yang sah menurut hukum Tuhan maupun hukum manusia. Dikaji dari sudut iman Kristiani, apa bedanya inseminasi buatan dengan punya lelaki simpanan? Apa bedanya inseminasi buatan dengan zinah? Sebab, sungguh ironis kalau sampai ada pasangan suami-isteri yang kawin secara sah menurut ajaran Tuhan, tapi anaknya berasal dari lelaki lain (sel sperma yang ditabung di laboratorium). Dan sungguh suatu kebohongan besar apabila pasangan suami istri itu menyembunyikannya hingga si anak besar dan bahkan selamanya tidak diberitahu bahwa ia adalah hasil inseminasi. Sungguh tak terbayangkan apa yang terjadi pada diri si anak kalau suatu waktu ia tahu bahwa ayah aslinya adalah orang lain. Bisa sangat menyedihkan. Dilematis bukan?. Memang kehidupan tanpa otoritas pasti mengarah pada kekacauan. Oleh karena itu, biarlah kita taat pada otoritas tertinggi, yaitu Firman Tuhan, khususnya mengenai perkawinan, bukan sekedar memenuhi keinginan kita sebagai manusia. Karena Allah tentu punya rencana yang indah atas setiap perkawinan yang berkenan di hadapanNya.

A. Bagaimana Inseminasi buatan dapat dibenarkan?
Inseminasi buatan dapat dibenarkan atau diijinkan bila dilakukan dengan alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik, sehingga menghasilkan manusia yang lebih berkualitas. Dan yang lebih penting dilakukan oleh pasangan yang sah. Hal ini di kemukakan oleh sebagian pakar agama baik dari Islam, Kristen maupun Yahudi, karena dapat membantu pasangan suami istri yang tidak bisa memperoleh keturunan, jika kedua belah pihak setuju untuk melakukan inseminasi. Tetapi ada juga yang mempersoalkan tentang inseminasi buatan ini, bahwasanya anak yang diperoleh dengan cara inseminasi sebenarnya bukanlah anak dari dari suami istri itu sendiri, melainkan dari orang lain yang identitasnya biasanya disembunyikan. Karena itu juga muncul problem hukum tentang ayah yang benar dari anak tersebut dan problem physikologis dalam diri anak di kemudian hari bila ingin tahu tentang ayahnya yang sebenarnya. Selain itu persoalan tentang bagaimana cara mendapatkan sperma, apakah boleh digunakan masturbasi? Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk inseminasi buatan, ternyata juga menimbulkan masalah karena terlalu mahal, sekitar 11 juta. Apakah tidak lebih baik bila biaya tersebut digunakan untuk didermakan kepada panti asuhan sebelum mereka mengangkat seorang anak dari panti asuhan tersebut?

B. Benar-Salahkah Inseminasi Buatan?
Segi Agama
            Yang pertama kali menyatakan tentang inseminasi buatan adalah gereja Katholik Roma. Paus Pius XII pada tahun 1949 mengeluarkan pernyataan bahwa segala penghamilan manusia tidak boleh menggunakan cara di luar cara yang wajar/ persetubuhan. Inseminasi buatan homolog maupun heterolog dilarang berdasarkan kesusilaan. Gereja-gereja Protestan umumnya menolak inseminasi buatan heterolog. Sedang inseminasi buatan homolog bukan dipandang sebagai perbuatan tidak bersusila. Dasar dari pandangan ini adalah kata ibrani yang digunakan untuk menyatakan tentang persetubuhan dalam alkitab adalah berarti “mengenal”. Maksudnya adalah saling mengenal di dalam kasih dan saling menyerahkan jiwa raganya di dalam kasih. Jadi anak lahir oleh persekutuan yang amat dalam tersebut. Inseminasi buatan heterolog dilakukan dengan tidak adanya ikatan persekutuan yang demikian, maka hal ini dianggap tidak sesuai dengan alkitab. Namun, inseminasi buatan homolog berbeda. Maka gereja protestan menganggap hal ini boleh dilakukan. Namun ada catatan penting tentang hal ini. Inseminasi buatan homolog boleh dilakukan jika memang terpaksa harus dilakukan. Jika memang seorang pria atau seorang wanita tidak dapat menghasilkan keturunan dengan persetubuhan, maka barulah hal ini dilakukan.

Segi Sosial
Posisi anak menjadi kurang jelas dalam tatanan masyarakat, terutama bila sperma yang digunakan berasal dari bank sperma atau sel sperma yang digunakan berasal dari pendonor, akibatnya status anak menjadi tidak jelas. Selain itu juga, di kemudian hari mungkin saja terjadi perkawinan antar keluarga dekat tanpa di sengaja, misalnya antar anak dengan bapak atau dengan ibu atau  bisa saja antar saudara sehingga besar kemungkinan akan lahir generasi cacat akibat inbreeding. Lain halnya dengan kasus seorang janda yang ditinggal mati suaminya, dan dia ingin mempunyai anak dari sperma beku suaminya. Hal ini dianggap etis karena sperma yang digunakan  berasal dari suaminya sendiri sehingga tidak menimbulkan masalah sosial, karena status anak yang dilahirkan  merupakan anak kandung sendiri. Kasus lainnya adalah seorang wanita ingin mempunyai anak dengan inseminasi tetapi tanpa menikah, dengan alasan ingin mempunyai keturunan dari seseorang yang diidolakannya seperti artis dan tokoh terkenal. Kasus tersebut akan menimbulkan sikap tidak etis, karena sperma yang diperoleh sama halnya dari sperma pendonor, sehingga akan menyebabkan persoalan dalam masyarakat seperti status anak yang tidak jelas. Selain itu juga akan ada pandangan negatif kepada wanita itu sendiri dari masyarakat sekitar, karena telah mempunyai anak tanpa menikah dan belum bersuami.

 Segi Hukum
Dilihat dari segi hukum pendonor sperma melanggar hukum. Contoh kasus pada bulan Juni 2002, pengadilan di Stockholm, Swedia menjatuhkan hukuman kepada laki-laki yang mengaku sebagai pendonor sperma kepada pasangan lesbian yang akhirnya bercerai. Dan diberi sanksi untuk memberi tunjangan terhadap 3 orang anak hasil inseminasi spermanya, sebesar 2,5 juta perbulan. Dalam kasus ini akan timbul sikap etis dan tidak etis. Sikap etis timbul dilihat dari sikap pendonor sperma yang telah memberikan spermanya kepada pasangan lesbian, karena berusaha untuk membantu pasangan tersebut untuk mempunyai anak. Sedangkan sikap tidak etis muncul dari pasangan lesbian yang bercerai, karena telah menuntut pertanggungjawaban kepada pendonor sperma yang mengaku sebagai ayahnya untuk memberikan tunjangan hidup bagi ke-3 anak hasil inseminasi spermanya. Dengan demikian maka inseminasi buatan harus berlandaskan nilai etika tertentu, karena bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia bioteknologi tidak lepas dari tanggung jawab manusia sebagai agen moral dan subjek moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta perkembangannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu diterapkannya aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi.