Bagaimana tentang orang yang bersetubuh dengan
binatang?
Dasar: KEJADIAN 1:27-28; 2:18-25; Keluaran 22:19; Imamat
18:23;20:15-16; Ulangan 27:21.
Berdasarkan ayat di atas maka dapat dilihat dengan jelas
bahwa persetubuhan manusia baik laki-laki maupun perempuan dengan binatang
tidak dikehendaki oleh Allah. Dalam Kejadian 1:27, menuliskan
bagaimana Allah membentuk manusia menurut gambar Allah. Dalam kejadian 2:18-25
lebih lanjut ditegaskan bahwa Allah tidak menginginkan manusia berpasangan
dengan binatang. memperhatikan hal tersebut persetubuhan sebenarnya adalah
wujud dari realisasi seks yang diberikan Allah kepada manusia sebagai sarana
untuk melanjutkan keturunan. Disanalah puncak untuk memadu kasih dalam hangat
suasana hubungan kasih(pria dan wanita). Itu adalah anugerah Tuhan yang harus
disyukri, dipelihara, dan dihormati.
Persetubuhan
laki dan perempuan menjadi harga mutlak dan tidak bisa ditawar oleh manusia.
Kerena itulah kehendak Tuhan. Lalu bagaiman dengan fenomena manusia bersetubuh
dengan binatang?ironis jika manusia harus terlepas dari martabatnya, jelas ini
bukan manusiawi, sebagai makluk agung maha karya indah dari Allah sudah
selayaknya tidak melakukan hal yang demikian,Ini sudah menodai dan bahkan
merusak citra manusia sebagai makluk paling mulia, bersetubuh dengan binatang
berarti manusia juga telah meremehkan dan menghina Sang Pencipta, mengapa
demikian? karena tidak mampu mencerminkan diri sebagai makluk mulia, ini adalah
suatu kekejian di mata Tuhan. Karena binatang sama sekali tidak sepadan dengan
manusia.jadi hal tersebut sangat tidak berkenan dihadapan Tuhan. Lebih indah
ketika manusia dapat bersetubuh dengan yang sepadan dengan dirinya seperti
sepenggal syair dari dewa 19 “Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam,
begitu juga dirimu tercipta untuk
temani aku.”
Sungguh indah bukan?
Keluaran
22:19 menegaskan bahwa persetubuhan dengan binatang adalah dosa yang keji, dan
barangsiapa melakukannya pastilah dihukum mati. Ini menunjukkan betapa Allah
menentang keras hubungan semacam ini. Keseriusan Allah terhadap manusia
sebenarnya ingin menunjukan betapa Tuhan mengasihi manusia dan jangan sampai
manusia melakukan kekejian di mata Tuhan. Ini adalah rambu-rambu yang harus
dipatuhi. Manakala rambu-rambu ini dilanggar maka dosa sudah menjadi kepastian
bagi manusia dan hukuman telah mengikat dalam dirinya. Maka ini adalah
penghalang untuk manusia dekat dengan Tuhan, maka tidak heran hawa nafsu akan
senatiasa menjadi allah bagi mereka. Kepuasan seks menjadi orientasi dalam
hidup. Menghalalkan segala cara untuk memuaskankannya. Inilah yang kelak akan
memunculkan kejahatan seks, merasa tidak puas, dan terbelenggu didalamnya. Jika
dilanjutkan menjadi berhala dalam hidupnya, mengamdikan hidup pada seks dan
hawa nafsu. Bukankah ini menggeser Tuhan dalam hidupnya, karena orientasi hidup
hanya sebatas kesenagan duniawi dalam konteks ini kepuasaan seks yang tak
terkendali. Maka tidak heran bersetubuh dengan binatang menjadi pilihan. Jelas
ini mengancam manusia dan menjatuhkan martabat sebagai maha karya yang paling
agung. Imamat 18:23; 20:15-16 dan Ulangan 27:21 menjelaskan bagaimana pandangan
Allah mengenai persetubuhan dengan hewan semua itu menjadi kekejian dihadapan
Tuhan Dari ayat-ayat tersebut jelas bahwa persetubuhan dengan binatang adalah
dosa, karena hal tersebut bertentangan dengan perintah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar