Kamis, 11 Oktober 2012

renungan 1


Tahan Banting


Bacaan: Filipi 1:12-26


Ada dua orang karyawan pabrik yang sedang bekerja. Tiba-tiba salah satu karyawan itu, sebut saja si A, menjatuhkan sesuatu dan menimpa kaki temannya si B. Langsung temannya itu marah-marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Mendengar itu orang tadi juga membalas dengan kata-kata yang kasar. Pitu tidak terhentikan dan cenderung menjerumus pada hal yang kasar. Si A berkata, “ Ayo kita selesaikan saja sekarang dengan berkelahi.”. Si B menjawab, “Ok, siapa takut. Ayo!”. Tapi Si A kembali berkata, “ bentar, tapi ada peraturannya.”, “Peraturan apa, dah langsunga saja.” Jawab Si B. Kata Si A, “ jangan, daripada tenaga kita terbuan sia-sia, padahal kita masih harus kerja, begini saja peraturannya. Aku memukul kamu 10 kali lalu kamu memukul aku 10 kali, yang masih bertahan ia pemenangnya,” tanpa pikir panjang si B mengiyakan. Lalu Si A memukul si B 10 kali. Ketika tiba giliran si B memukul, ia sudah tidak berdaya dan tidak sanggup memukul. Ia malah terkapar. Si B ketika tidak menerima penderitaan kecil dari temannya karena hal sepele malah harus mengalami kesusahan karena sudah tidak berdaya terkena pukulan.
Jemaat yang dikasihi Tuhan, jemaat Filipi ini merupakan jemaat yang cukup dekat dengan Paulus. Filipi sendiri adalah kota perantauan orang Roma yang berada di Provinsi Makedonia dan merupakan kota pertama di Makedonia yang dikunjungi Paulus. Ada peristiwa menarik pada awal pelayanan Paulus di sana. Karena mengusir roh tenung dari seorang hamba perempuan, Paulus ditangkap. Tuan-tuan dari hamba perempuan ini tidak terima sumber penghasilannya hilang, karena mereka menjadi kaya karena tenung hamba perempuan itu. Maka Paulus diseret ke pembesar kota. Paulus difitnah mengacau kota karena mengajarkan hal yang orang Rum tidak boleh terima. Akibatnya ia didera berkali-kali dan dipenjara di ruang paling tengah dengan pasung yang kuat. Awal pelayanan Paulus di sana dimulai dengan banyak penderitaan dan siksaan. Jemaat mula-mula di kota itu, yaitu Lidia dan keluarganya langsung diperhadapkan dengan banyaknya penderitaan yang harus dihadapi sebgai orang Kristen. Mereka sendiri melihat Paulus sebagai rasul, guru dan bapa rohani mereka dianiaya karena pemberitaan Injil. Namun lewat pemenjaraan itu, Paulus justru dapat menolong kepala penjara dan seisi keluarganya menerima Kristus. Hal itu terjadi ketika di penjara ia dan orang yang menyertai pelayanannya memuji Tuhan hingga didengar orang hukuman lain. Maka terjadilah gempa, sendi-sendi penjara goyah, semua pintu terbuka dan belenggu mereka lepas. Mengetahui itu, kepala penjara ingin bunuh diri. Tetapi oleh pertolongan Paulus dia dan keluarganya akhirnya percaya kepada Kristus.
Jemaat Tuhan, dari apa yang kita baca ini, kita ketahui bahwa keadaan Paulus ketika menuliskan surat Filipi tidak berbeda dengan keadaan waktu Paulus memulai pelayanan di Filipi, Paulus juga sedang berada dipenjara karena pemberitaan Injil. Melalui perikop ini ada sesuatu yang  sangat penting yang ingin Paulus bagikan pada jemaat di Filipi. Paulus hendak menjelaskan keadaannya yang dipenjara karena Injil. Paulus menegaskan bahwa jemaat tidak perlu risau akan keadaannya di dalam penjara. Dari ayat 12 kita lihat bahwa justru bagi Paulus pemenjaraannya adalah suatu keuntungan karena menyebabkan kemajuan Injil. Bukti kemajuan Injil itu ialah ketika seluruh istana dan orang lain tahu ia dipenjara oleh karena Kristus. Namun juga selain itu Paulus bersukacita karena oleh pemenjaraannya orang yang percaya diteguhkan dan makin berani memberitakan Injil. Bagi Paulus adalah penting jika Injil makin diberitakan baik oleh orang dengan motivasi yang benar ataupun tidak. Dari sini kita lihat bahwa Paulus ingin menenangkan hati jemaat, tetapi juga hendak menunjukkan kepada jemaat mengenai teladan hidupnya sebagai orang Kristen. Paulus mengajarkan suatu prinsip hidup kepada jemaat. Sukacita Paulus adalah ketika oleh karena keadaan yang dialaminya Injil diberitakan, entah ada orang dengan maksud benar menerimanya atau ada orang yang menolak dan malah menganiaya Paulus. Yang menjadi pertanyaan bagaimana Paulus dapat melakukan hal yang demikian. Jika kita membayangkan sekarang pasti rasanya “ngeri” dengan keadaan Paulus. Coba saja jemaat bayangkan, jika kita sebagai orang Kristen pada jaman sekarang megalami aniaya. Adakah seperti yang Paulus alami saat itu? Bagaimana jika kita yang mengalami aniaya itu?
Pada hari ini, untuk mengerti mengenai pinsip hidup Paulus ini kita akan melihat dasar prinsip ini. Dasar prinsipnya ada pada ayat 19 yaitu bahwa Paulus memiliki keyakinan akan keselamatannya oleh doa jemaat dan pertolongan Roh Kudus. Ia meyakini bahwa jemaat setia berdoa baginya. Biar bagaimanapun jemaat Filipi mengerti betul bagaimana hidup Paulus memperjuangkan Injil karena melihat sendiri ketika Paulus memulai pelayanan di sana. Jemaat tentu setia berdoa bagi bapa mereka. Adakah kita setia berdoa bagi pendeta kita? Atau majelis kita? Atau bapa-bapa gereja kita? Doa kita bagi pelayanan dan hidup merka sangat penting. Namun bukan hanya itu saja, doa kita bagi sesama jemaat Allah sangat penting untuk saling menopang di masa yang makin sukar ini. Penting bagi kita untuk saling menanggung beban saudara kita dalam doa. Dan satu hal yang sangat penting dan tidak dapat kita abaikan adalah pertolongan Roh Kudus. Segala perkara hanya dapat ditanggung jika mengandalkan pertolongan Roh Kudus. Hal seperti inilah yang menenangkan hati Paulus dan menyanggupkan Paulus untuk tetap bertahan menghadapi aniaya yang ia terima.
Ayat 20 dan 21 menegaskan bahwa Paulus tidak peduli harus menanggung penderitaan yang seperti apapun asal Kristus dimuliakan dengan tubuhnya, baik oleh hidup dan matinya. Sungguh suatu prinsip hidup yang radikal. Apakah jemaat saat ini juga demikian? Bagaimana jemaat menghadapi ejekan atau fitnahan tetangga? Bagaimana jemaat jika diperhadapkan dengan kondisi keuangan yang sulit, sedangkan ditempat pekerjaan jemaat  ada tawaran menggiurkan untuk mendapatkan uang lebih dengan sedikit tidak jujur? Atau tidak perlu pada keadaan yang ekstrim seperti itu. Bagaimana jemaat memperjuangkan datang ke gereja ketika hari hujan? Bagaimana jemaat bersikap dengan keluarga yang menyakiti hati? Sikap-sikap jemaat terhadap hal-hal ini menunjukkan bagaimana prinsip hidup jemaat. Paulus sendiri hendak memuliakan Tuhan dengan apapun keadaan yang ia alami. Ia juga menegaskan dalam ayat ke 22 bahwa hidup harus memberi buah. Sudahkah ada buah-buah yang baik yang kita hasilkan dalam hidup kita?
Ini merupakan pertanyaan yang penting bagi kita sebagai jemaat Tuhan. Apa yang sudah kita lakukan untuk memuliakan Tuhan dengan hidup kita? Mari jemaat Tuhan, kita merengunkan hal ini. Kiranya dalam hidup kita, kita menghasilkan buah yang baik. Marilah kita menunjukkan perbuatan baik kita kepada setiap orang, bukan hanya kepada orang-orang yang kita kasihi, tetapi kepada setiap orang. Mari kita bersikap dengan benar ketika ada penganiayaan yang kita alami, ketika hal yang menyakitkan menimpa kita. Datang pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya akan memampukan kita hidup bagi kemuliaan-Nya. Biar Injil diberitakan lewat hidup kita. Milikilah tujuan hidup seperti itu. Sebagaimana Paulus sudah memberi teladan pada kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar