Tahan
Banting
Bacaan:
Filipi 1:12-26
Ada dua orang karyawan
pabrik yang sedang bekerja. Tiba-tiba salah satu karyawan itu, sebut saja si A,
menjatuhkan sesuatu dan menimpa kaki temannya si B. Langsung temannya itu
marah-marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Mendengar itu orang
tadi juga membalas dengan kata-kata yang kasar. Pitu tidak terhentikan dan
cenderung menjerumus pada hal yang kasar. Si A berkata, “ Ayo kita selesaikan
saja sekarang dengan berkelahi.”. Si B menjawab, “Ok, siapa takut. Ayo!”. Tapi
Si A kembali berkata, “ bentar, tapi ada peraturannya.”, “Peraturan apa, dah
langsunga saja.” Jawab Si B. Kata Si A, “ jangan, daripada tenaga kita terbuan
sia-sia, padahal kita masih harus kerja, begini saja peraturannya. Aku memukul
kamu 10 kali lalu kamu memukul aku 10 kali, yang masih bertahan ia
pemenangnya,” tanpa pikir panjang si B mengiyakan. Lalu Si A memukul si B 10
kali. Ketika tiba giliran si B memukul, ia sudah tidak berdaya dan tidak
sanggup memukul. Ia malah terkapar. Si B ketika tidak menerima penderitaan
kecil dari temannya karena hal sepele malah harus mengalami kesusahan karena
sudah tidak berdaya terkena pukulan.
Jemaat yang dikasihi
Tuhan, jemaat Filipi ini merupakan jemaat yang cukup dekat dengan Paulus. Filipi
sendiri adalah kota perantauan orang Roma yang berada di Provinsi Makedonia dan
merupakan kota pertama di Makedonia yang dikunjungi Paulus. Ada peristiwa
menarik pada awal pelayanan Paulus di sana. Karena mengusir roh tenung dari
seorang hamba perempuan, Paulus ditangkap. Tuan-tuan dari hamba perempuan ini
tidak terima sumber penghasilannya hilang, karena mereka menjadi kaya karena
tenung hamba perempuan itu. Maka Paulus diseret ke pembesar kota. Paulus
difitnah mengacau kota karena mengajarkan hal yang orang Rum tidak boleh
terima. Akibatnya ia didera berkali-kali dan dipenjara di ruang paling tengah
dengan pasung yang kuat. Awal pelayanan Paulus di sana dimulai dengan banyak
penderitaan dan siksaan. Jemaat mula-mula di kota itu, yaitu Lidia dan
keluarganya langsung diperhadapkan dengan banyaknya penderitaan yang harus
dihadapi sebgai orang Kristen. Mereka sendiri melihat Paulus sebagai rasul,
guru dan bapa rohani mereka dianiaya karena pemberitaan Injil. Namun lewat
pemenjaraan itu, Paulus justru dapat menolong kepala penjara dan seisi
keluarganya menerima Kristus. Hal itu terjadi ketika di penjara ia dan orang
yang menyertai pelayanannya memuji Tuhan hingga didengar orang hukuman lain.
Maka terjadilah gempa, sendi-sendi penjara goyah, semua pintu terbuka dan
belenggu mereka lepas. Mengetahui itu, kepala penjara ingin bunuh diri. Tetapi
oleh pertolongan Paulus dia dan keluarganya akhirnya percaya kepada Kristus.
Jemaat Tuhan, dari apa
yang kita baca ini, kita ketahui bahwa keadaan Paulus ketika menuliskan surat
Filipi tidak berbeda dengan keadaan waktu Paulus memulai pelayanan di Filipi,
Paulus juga sedang berada dipenjara karena pemberitaan Injil. Melalui perikop
ini ada sesuatu yang sangat penting yang
ingin Paulus bagikan pada jemaat di Filipi. Paulus hendak menjelaskan keadaannya
yang dipenjara karena Injil. Paulus menegaskan bahwa jemaat tidak perlu risau
akan keadaannya di dalam penjara. Dari ayat 12 kita lihat bahwa justru bagi
Paulus pemenjaraannya adalah suatu keuntungan karena menyebabkan kemajuan Injil.
Bukti kemajuan Injil itu ialah ketika seluruh istana dan orang lain tahu ia dipenjara
oleh karena Kristus. Namun juga selain itu Paulus bersukacita karena oleh
pemenjaraannya orang yang percaya diteguhkan dan makin berani memberitakan
Injil. Bagi Paulus adalah penting jika Injil makin diberitakan baik oleh orang
dengan motivasi yang benar ataupun tidak. Dari sini kita lihat bahwa Paulus
ingin menenangkan hati jemaat, tetapi juga hendak menunjukkan kepada jemaat
mengenai teladan hidupnya sebagai orang Kristen. Paulus mengajarkan suatu prinsip
hidup kepada jemaat. Sukacita Paulus adalah ketika oleh karena keadaan yang
dialaminya Injil diberitakan, entah ada orang dengan maksud benar menerimanya
atau ada orang yang menolak dan malah menganiaya Paulus. Yang menjadi
pertanyaan bagaimana Paulus dapat melakukan hal yang demikian. Jika kita
membayangkan sekarang pasti rasanya “ngeri” dengan keadaan Paulus. Coba saja
jemaat bayangkan, jika kita sebagai orang Kristen pada jaman sekarang megalami
aniaya. Adakah seperti yang Paulus alami saat itu? Bagaimana jika kita yang
mengalami aniaya itu?
Pada hari ini, untuk
mengerti mengenai pinsip hidup Paulus ini kita akan melihat dasar prinsip ini.
Dasar prinsipnya ada pada ayat 19 yaitu bahwa Paulus memiliki keyakinan akan
keselamatannya oleh doa jemaat dan pertolongan Roh Kudus. Ia meyakini bahwa
jemaat setia berdoa baginya. Biar bagaimanapun jemaat Filipi mengerti betul
bagaimana hidup Paulus memperjuangkan Injil karena melihat sendiri ketika
Paulus memulai pelayanan di sana. Jemaat tentu setia berdoa bagi bapa mereka.
Adakah kita setia berdoa bagi pendeta kita? Atau majelis kita? Atau bapa-bapa
gereja kita? Doa kita bagi pelayanan dan hidup merka sangat penting. Namun
bukan hanya itu saja, doa kita bagi sesama jemaat Allah sangat penting untuk
saling menopang di masa yang makin sukar ini. Penting bagi kita untuk saling
menanggung beban saudara kita dalam doa. Dan satu hal yang sangat penting dan
tidak dapat kita abaikan adalah pertolongan Roh Kudus. Segala perkara hanya
dapat ditanggung jika mengandalkan pertolongan Roh Kudus. Hal seperti inilah
yang menenangkan hati Paulus dan menyanggupkan Paulus untuk tetap bertahan
menghadapi aniaya yang ia terima.
Ayat 20 dan 21
menegaskan bahwa Paulus tidak peduli harus menanggung penderitaan yang seperti
apapun asal Kristus dimuliakan dengan tubuhnya, baik oleh hidup dan matinya.
Sungguh suatu prinsip hidup yang radikal. Apakah jemaat saat ini juga demikian?
Bagaimana jemaat menghadapi ejekan atau fitnahan tetangga? Bagaimana jemaat
jika diperhadapkan dengan kondisi keuangan yang sulit, sedangkan ditempat
pekerjaan jemaat ada tawaran menggiurkan
untuk mendapatkan uang lebih dengan sedikit tidak jujur? Atau tidak perlu pada
keadaan yang ekstrim seperti itu. Bagaimana jemaat memperjuangkan datang ke
gereja ketika hari hujan? Bagaimana jemaat bersikap dengan keluarga yang
menyakiti hati? Sikap-sikap jemaat terhadap hal-hal ini menunjukkan bagaimana
prinsip hidup jemaat. Paulus sendiri hendak memuliakan Tuhan dengan apapun
keadaan yang ia alami. Ia juga menegaskan dalam ayat ke 22 bahwa hidup harus
memberi buah. Sudahkah ada buah-buah yang baik yang kita hasilkan dalam hidup
kita?
Ini merupakan
pertanyaan yang penting bagi kita sebagai jemaat Tuhan. Apa yang sudah kita
lakukan untuk memuliakan Tuhan dengan hidup kita? Mari jemaat Tuhan, kita
merengunkan hal ini. Kiranya dalam hidup kita, kita menghasilkan buah yang
baik. Marilah kita menunjukkan perbuatan baik kita kepada setiap orang, bukan
hanya kepada orang-orang yang kita kasihi, tetapi kepada setiap orang. Mari
kita bersikap dengan benar ketika ada penganiayaan yang kita alami, ketika hal
yang menyakitkan menimpa kita. Datang pada Tuhan dan meminta pertolongan-Nya
akan memampukan kita hidup bagi kemuliaan-Nya. Biar Injil diberitakan lewat
hidup kita. Milikilah tujuan hidup seperti itu. Sebagaimana Paulus sudah memberi teladan pada kita. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar