KEPEMIMPINAN NEHEMIA
A. LATAR BELAKANG NEHEMIA DAN KARAKTERNYA
- Latar Belakang
Dalam Alkitab kita
mengenal seorang tokoh dalam Perjanjian Lama yang bernama Nehemia. Dalam
Alkitab terjemahan lama kita mengenalnya dengan nama Nehemya atau juga dalam
Bahasa Inggris Nehemiah. Nama Nehemia sendiri dalam Bahasa. Ibrani.( הימחנ ) berarti Yahwe menghibur. Sehingga dalam Kamus
Gering diartikan “Yehovah menghiburkan” yang berasal dari kata “Jehovah
comfort”. Namun juga ada yang mengartikan namanya dengan sebutan “Yehovah atau
Tuhan itu besar”. Ini menunjukkan bagaimana nantinya Nehemia ini dipakai Tuhan
untuk membawa penghiburan bagi bangsanya. Terlepas dari arti namanya, Nehemia adalah putra dari Hakalya. Saudaranya bernama Hanani. (Neh 1:1). Ia
lahir dan tinggal di Persia. Ini karena pada masa itu Yehuda sebagai bagian
Israel selatan sudah dibawa ke pembuangan sejak zaman Babilonia. Setelah
Babilonia dikalahkan Persia maka seluruh wilayah Babilonia diambil alih oleh
Persia, termasuk tempat orang-orang Yehuda yang dibuang itu berada. Jadi ada
rentang waktu panjang dari zaman Babel menyerang Yehuda dan masa dimana Nehemia
ada. Selain itu jika Nehemia lahir di Yehuda tentu ia tahu sejak awal bahwa
keadaan Yerusalem sudah porak-poranda dan temboknya sudah hancur (Neh1:3).
Dengan demikian tentu Nehemia lahir di Persia. Saat itu ia memiliki kedudukan
yang tinggi, sebagai juru minuman raja Persia di Susan (Neh 2:1). Ia hidup pada
masa pemerintahan raja Artahsasta I (464-424 SM). Ia tinggal di Persia hingga
tahun ke- 20 pemerintahan raja ini. Ia bukan orang sembarangan karena Juru minum
merupakan kedudukan istimewa. Tidak semua orang dapat berhadapan dengan raja
dan mengatur kebutuhan raja seperti juru minuman dalam hal ini. Nampaknya ia
orang yang disukai oleh raja. Hal ini nampak ketika ia berwajah muram saat
menghidangkan minuman bagi raja. Jika ia bukan orang yang dekat dengan raja
tentu ia akan langsung dibunuh jika bermuka muram di hadapan raja. Bahkan raja
bertanya dan hendak memberikan apa yang diinginkan oleh Nehemia. Karena tidak
disebut-sebut istrinya, maka mungkin dia seorang kasim. Ia kembali ke Yerusalem
untuk membangun kembali tembok-tembok Yerusalem(Neh 2:1-6:19). Ia diberi kuasa oleh raja
untuk memimpin rombongan
Yahudi terakhir yang pulang ke negaranya dan membangun tembok keliling
Yerusalem (Neh 7:1). Tugas itu dilakukannya dalam waktu 52 hari pada tahun 445 seb. Mas., meskipun usaha
pembanguan kembali dirintagi dengan perlawanan dari pihak bangsa Samaria dan
musuh bangsa Yahudi lainnya (Neh
6:15). Ia termasuk salah seorang organisator yang paling kuat dari masyarakat
Yahudi yang pulang kembali setelah pembuangan. Dan kemudian ia menjadi Kepala
daerah Israel (Neh 8:9). Dengan Ezra menetapkan kembali ibadah (Neh 8:1-18). Ia
pelopor, penggerak dan orang yang mengkoordinasi pembangunan tembok Yerusalem
hingga kepada pentahbisan tembok Yerusalem (Neh 12:1-47).
- Karakter
Jika di atas sudah
diuraikan tentang bagaimana “background” kehidupan yang mewarnai sejarah
tentang Nehemia, maka sekarang kita akan melihat karakter Nehemia. Dari sejak
awal kitab ini kita langsung dapat melihat bagaimana nampaknya Nehemia itu.
Ketika Hanani saudaranya datang dari Yehuda bersama beberapa orang dari sana,
ia mendengar berita yang mengejutkan hatinya dari mereka. Nampak jelas bahwa
Nehemia adalah orang berhati lembut. Ia langsung terduduk, menangis dan
berkabung berhari-hari lamanya. Keadaan Yerusalem yang sudah porak poranda. Ia
juga berpuasa dan berdoa selama itu untuk keadaan bangsanya. Ia juga menjadi
murung ketika menghidangkan minum kepada raja. Ia orang yang sangat peka
perasaannya, mudah iba dan tentunya dengan saudara sebangsanya ia sangat
berempati melihat keadaan mereka. Ia tidak menangguhkan diri untuk terus
menikmati keadaannya, namun menempatkan diri sebagaimana orang lain. Ia juga
memiliki jiwa yang besar, mau mengakui dosanya dan keluarganya, bahkan menjadi
wakil bagi bangsannya untuk mengakui dosa bangsanya (Neh 9:1-38). Ia juga orang
yang setia dan takut kepada Tuhan dan hukum-hukumnya.
B. NASIONALISME NEHEMIA
Meski lahir di
Persia ia tidak lupa dengan tanah leluhurnya yang ada di barat Sungai Yordan
yaitu tanah Yehuda. Setelah menerima berita mengenai keadaan Yerusalem yang
begitu menyedihkan (mungkin oleh kejadian-kejadian dlm #/TB Ezr 4:7-23*), dia
memohon dan memperoleh izin berangkat ke tanah airnya sendiri dan diangkat
menjadi gubernur. Ini jelas sekali menampakkan semangat nasionalisme Nehemia.
Ia tidak hanya diam saja setelah mendengar kondisi tanah leluhurnya itu. Ia
melakukan langkah-langkah strategis yang nyata untuk menunjukkan kecintaannya
pada tanah airnya. Hal yang paling pertama ia lakukan adalah membawa nasib
bangsanya ke hadapan Tuhan. Dalam hal ini Nehemia bukan hanya berdoa, namun ia
berkabung dan berpuasa. Baginya makan atau minum dan kegembiraan tidak ada
artinya jika kondisi bangsanya demikian ini. Ia menyediakan diri untuk mengakui
dosa-dosa bangsanya. Ia sudah berlaku sebagai imam yang mewakili bangsanya
mengakui dosa yang telah mereka lakukan. Ia tidak menutup-nutupi satu pun
pelanggaran yang telah dilakukan bangsanya. Ia pun merendahkan diri dan memohon
belas kasihan Allah bagi bangsanya. Ketika ia menghadap raja pun ia bertanya
kepada Tuhan apa yang mestinya ia minta kepada raja bagi bangsanya. Nehemia
telah melakukan hal yang sangat baik. Ia
melakukan hal yang terpenting yaitu membawa bangsanya ke hadapan Allah. Hal
seperti ini sering dilupakan oleh kita yang hidup pada masa sekarang. Kita
mungkin mengerti kondisi bangsa kita. Mungkin kita sedih dan kecewa dengan
keadaan itu. Namun, sering kita melupkana hal utama yag seperti Nehemia lakukan
ini. Kita lupa bahkan tidak mau berdoa bagi bangsa ini. Kita juga tidak mau
merendahkan diri mewakili bangsa kita untuk mengakui dosa bangsa kita. Dan
mungkin kita tidak memohon belas kasihan Allah dan bertanya pada Allah apa yang
harus kita lakukan bagi kesejahteraan bangsa ini. Catatan pribadinya menjadi
bagian terbesar Kitab Nehemia, dan memperkenalkan dia sebagai yang taat berdoa,
beramal dan setia pada tugasnya. Dia dan orang Yahudi mempersilakan Ezra
membaca hukum Taurat, dan berjanji akan mematuhi perintah-perintah Allah yang
tertulis di dalamnya..
Kedua, ia tunduk
di bawah otoritas pemimpin. Ia memang hendak melakukan perubahan dan pemulihan
bagi bangsanya, namun ia tidak melakukan ini sesuai kehendak hatinya sendiri.
Ia masih mengakui kedudukan kerajaan Persia yang menguasai bangsanya. Ia tetap
tunduk kepada kuasa dari raja Artasastha. Karena itu, ia bertanya dan hanya
akan melakukan sesuatu jika raja berkenan. Ia mengikuti semua aturan-aturan
hukum yang berlaku. Ia memohon surat kuasa dan hak atau otoiritas sesuai dengan
kehendak raja.
Ketiga, ia
mengatur strategi dan mengelola perencanaan pembangunan dengan bijaksana. Ia
meminta pertolongan gubernur-gubernur di sekitar Yerusalem. Sesampainya di sana
ia meneliti dengan seksama hal-hal apa yang perlu dilakukan, bagian tembok mana
yang harus diperbaiki dan sebagainya. Biarpun ada perlawanan seru (*SANBALAT;
*TOBIA) dia dan orang Yahudi membangun kembali tembok-tembok Yerusalem dalam 52
hari. Waktu ia pulang ke Persia, beberapa bentuk penyelewengan yang telah dia
tumpas kambuh lagi dalam pola hidup bangsanya. Dan setelah kembali lagi di
Yerusalem dia harus melakukan pembaharuan-pembaharuan segar. Untuk menentukan
tarikh tindak kebijaksanaannya.
C. PERGUMULAN NEHEMIA
Dalam melakukan tugasnya Nehemia bukan tanpa halangan, tanpa
pergumulan atau tanpa pertimbangan yang rumit. Dari awal catatannya sudah jelas
bahwa banyak hal yang harus Nehemia yang pergumulkan. Pertama, ia harus
meninggalakn kehidupan yang sudah mapan di Persia. Ia yang sudah ada di posisi
yang penting dan nyaman , harus rela meninggalkan hal itu jika hendak melakukan
perubahan bagi bangsanya. Ia harus meninggalkan kenyamanan-kenyamanan yang
sudah ia miliki. Ketika ia di hadapan raja pun ia harus mempertaruhkan
nyawanya. Jika raja tidak berkenan maka bukan tidak mungkin raja akan
membunuhnya. Ketika ia melakukan perjalanan ke Yerusalem ia juga menghadapi
bahaya. Ketika melkukan pembangunan ia menghadapi perlawanan dari Sanbalat dan
Tobia. Ia juga menghadapi apa ketidakpatuhan bangsanya. Ini semua bukan
pergumulan yang mudah. Namun syukur kepada Tuhan karena Ia memampukan Nehemia
untuk dapat malalui semua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar