Selasa, 09 Oktober 2012

DASAR ALKITAB DALAM PAK ANAK-ANAK


DASAR ALKITAB DALAM
PAK ANAK-ANAK

PAK Anak tidak lepas daripada Alkitab, sebab pada hakikatnya PAK anak bersumber pada Alkitab. Baik pokok pikiran, tujuan, metode dan berbagai hal dalam PAK Anak tidak dapat dipisahkan dari Alkitab. Mengingat hal tersebut berikut akan kami uraikan beberapa dasar Alkitab yang menjelaskan mengenai PAK Anak
A.    Dari Perjanjian Lama (PL)
1)      Ulangan 6:4-7
Hal pertama yang harus diperhatikan orangtua Kristen ketika mengajar dan mendidik anak-anak mereka sejak kecil adalah mengajar dan mendidik iman Kristen sejak kecil. Banyak orangtua “Kristen” di abad modern ini sangat MALAS mendidik tentang iman Kristen kepada anak-anak mereka sejak kecil. Mengapa? Karena bagi mereka, tugas mengajar dan mendidik iman Kristen adalah tugas sekolah minggu/gereja atau sekolah Kristen. Ini jelas salah. Pengajaran dan pendidikan iman Kristen kepada anak kecil dimulai dari orangtua. Di Perjanjian Lama, Musa mengajar kita, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” (Ul. 6:4-7) “Mengajarkannya berulang-ulang” ajarkanlah kepada mereka dengan tekun/rajin. Bahasa Ibrani yang dipakai adalah shânan bisa berarti to point (menunjuk, menekankan, memberikan nasihat secara paksa). Di sini, kita beroleh pengertian bahwa mengajarkan iman Kristen bukan mengajar sembarangan, tetapi mengajar dengan menekankannya berulang-ulang, bahkan bisa dibilang memberikan nasihat secara paksa. Mengapa harus secara paksa? Karena anak kita dari kecil harus mendapatkan pendidikan agar mereka tidak terpengaruh oleh budaya/pemikiran luar. Sehingga hidup mereka lebih terarah dan tahu akan pentingnya arti dan panggilan hidup masing-masing pribadi yaitu untuk memuliakan Tuhan.
2)      Amsal 22 : 6
TUHAN INGIN ANAK DIAJAR DAN DIDIDIK
Diawali perintah : “didiklah”. Tuhan ingin anak diajar dan dididik. Caranya baik lewat ajaran berbuat baik, teladan yang baik dan memberi anak kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya ke dalam hidup sehari-hari. Tidak cukup bagi anak untuk sekedar tahu saja yang terpenting adalah tahu dan melakukan [teori dan praktek]. Mendidik anak sejak dini adalah suatu hal yang sangat penting. Karena didikan yang diberikan sejak kecil itu bila terus menerus ditanamkan akan menjadi disiplin/kebiasaan yang mempengaruhi karakter hidup si anak kelak. Seorang anak yang dibesarkan dengan didikan yang salah akan terus meyakini didikan tersebut, demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita salah mendidik supaya tidak menghasilkan generasi yang salah didikan.
Contoh : -  guru / orangtua tidak bisa hanya menyuruh anak melakukan sesuatu keharusan tanpa guru / orangtua tersebut memberi teladan lebih dahulu.  
-          Berhati-hatilah dalam mengajar anak baik dalam sekolah minggu atau lingkungan keluarga, karena apa yang mereka terima akan tertanam sampai mati, (misalnya : mengajarkan yang tidak sesuai firman, menakut-nakuti anak, dsb). Hal tersebut bahkan dapat mempengaruhi kepribadian anak.
-          Jangan hanya mengajar, tapi libatkan anak untuk melakukan apa yang diajarkan (misalnya: hal-hal yang berkaitan dengan moral  ® jangan mencontek, jangan mencuri, dll).
3)      Amsal 29 : 17
BERHASIL DALAM MENDIDIK MENGHASILKAN ANAK DIDIK YANG MEMBANGGAKAN
Orangtua yang berhasil dalam mendidik anaknya akan menghasilkan anak-anak yang baik, berbakti kepada orangtua dan membanggakan orangtuanya. Anak yang dididik dalam keluarga yang teratur akan memiliki pola hidup dan kebiasaan yang teratur. Adalah suatu kebanggaan bagi orangtua ketika anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan membawa nama baik orangtua. Tetapi tentunya hal tersebut tidak instan (butuh proses). Lewat didikan yang benar maka akan tercipta generasi yang berkualitas.
Caranya : Baik lewat disiplin, didikan, nasehat, teguran dan teladan hidup. Mengasihi anak tidak melulu dengan cara dimanjakan saja. Ada saat-saat di mana anak harus dinasehati, ditegur atau bahkan dihajar kalau perlu, dengan maksud agar kelak anak tersebut menjadi anak yang baik.



B.     DARI PERJANJIAN BARU (PB)
  1. Matius 18 : 10
PONDASI IMAN ANAK
Banyak orang berpendapat bahwa mengajar anak kecil itu mudah, gampang dibohongi. Padahal yang sesungguhnya tidaklah demikian. Justru mengajar anak kecil itu harus berhati-hati, karena apa yang kita ajarkan itu yang akan tertanam dalam benaknya sampai mati. Jadi bila kita mengajarkan hal-hal yang salah, maka itu akan dibawa anak didik kita terus menerus. Bahkan ketika kelak ia dewasa tidak mudah bagi kita untuk membongkar pondasi yang telah tertanam tersebut. Ada banyak tokoh Alkitab yang berasal dari seorang anak yang dididik dengan benar dan akhirnya berpengaruh bagi bangsa, keluarga dan masyarakat seperti Ester, Daniel, Yusuf dll. Dan inipun berlaku bagi anak-anak di masa kini.
  1. Matius 18 : 14
YESUS PEDULI DENGAN ANAK-ANAK
Tuhan sangat peduli dengan anak-anak. Ia menganggap anak-anak sama pentingnya dengan orang dewasa. Itu sebabnya Tuhan tidak ingin anak-anak yang masih kecil disesatkan imannya. Usia anak-anak adalah usia dimana anak mudah percaya terhadap apa yang dikatakan, diajarkan. Di sini Tuhan menginginkan supaya anak-anak beroleh pengajaran yang benar, bukan yang menyesatkan, sehingga anak tersebut tetap ada dalam kebenaran firman Tuhan.
  1. Markus 10 : 14
ANAK-ANAK SANGAT BERHARGA DIMATA YESUS
Hal yang menarik dalam perikop ini adalah pernyataan Yesus. Perikop sebelumnya kita melihat bahwa Yesus sedang bicara tentang persoalan yang sangat penting yakni perceraian. Saat itu tiba-tiba ada orang yang membawa anak-anak kecil pada Yesus. Sekarang, kita bayangkan ada seorang direktur sedang mengadakan rapat bersama para rekan bisnisnya, dan tiba-tiba seorang anak kecil datang, ternyata anak sang direktur masuk. Direktur merasa terganggu dan menyuruh orang untuk menghalangi anaknya masuk karena perbincangan ‘maha penting’ tersebut. Tentu hal yang amat menyedihkan, bukan? Namun, tidak demikian halnya dengan Yesus. Ia tidak menganggap rendah anak tersebut. Ia tidak merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak tersebut. Pernyataannya melukiskan betapa Yesus sangat mengasihi anak-anak dan tidak membedakan statusnya.

  1. Markus 10 : 16
YESUS SANGAT MENGASIHI ANAK-ANAK
Yesus tidak hanya berkata, tapi juga bertindak. Dalam perikop ini, kasih Yesus terlihat lebih nyata ketika Ia memeluk dan memberkati anak-anak tersebut. Kedekatan hubungan Yesus dan anak-anak ini dapat kita rasakan dalam perikop ini. Kalau Yesus sendiri sudah memberi teladan untuk mengasihi dan memberkati anak-anak, maka para orangtua pun harus mengasihi anak-anaknya, jangan mengutuki anak-anaknya. Kita selaku guru ataupun orangtua, jangan pernah mengeluarkan kata-kata negatif/makian yang membuat anak ‘terluka batinnya’. Ketika anak tidak mampu / mengecewakan, nasehati mereka dengan lemah lembut supaya rasa percaya diri anak bangkit. Bangun kedekatan hubungan dengan anak baik kita selaku orangtua dan guru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar