DASAR
ALKITAB DALAM
PAK
ANAK-ANAK
PAK Anak tidak lepas daripada Alkitab,
sebab pada hakikatnya PAK anak bersumber pada Alkitab. Baik pokok pikiran,
tujuan, metode dan berbagai hal dalam PAK Anak tidak dapat dipisahkan dari
Alkitab. Mengingat hal tersebut berikut akan kami uraikan beberapa dasar
Alkitab yang menjelaskan mengenai PAK Anak
A.
Dari
Perjanjian Lama (PL)
1) Ulangan
6:4-7
Hal
pertama yang harus diperhatikan orangtua Kristen ketika mengajar dan mendidik
anak-anak mereka sejak kecil adalah mengajar dan mendidik iman Kristen sejak
kecil. Banyak orangtua “Kristen” di abad modern ini sangat MALAS mendidik
tentang iman Kristen kepada anak-anak mereka sejak kecil. Mengapa? Karena bagi
mereka, tugas mengajar dan mendidik iman Kristen adalah tugas sekolah
minggu/gereja atau sekolah Kristen. Ini jelas salah. Pengajaran dan pendidikan
iman Kristen kepada anak kecil dimulai dari orangtua. Di Perjanjian Lama, Musa
mengajar kita, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu
esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini
haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.” (Ul. 6:4-7) “Mengajarkannya berulang-ulang” ajarkanlah kepada mereka
dengan tekun/rajin. Bahasa Ibrani yang dipakai adalah shânan
bisa berarti to point (menunjuk, menekankan, memberikan nasihat secara
paksa). Di sini, kita beroleh pengertian bahwa mengajarkan iman Kristen bukan
mengajar sembarangan, tetapi mengajar dengan menekankannya berulang-ulang,
bahkan bisa dibilang memberikan nasihat secara paksa. Mengapa harus secara
paksa? Karena anak kita dari kecil harus mendapatkan pendidikan agar mereka
tidak terpengaruh oleh budaya/pemikiran luar. Sehingga hidup mereka lebih
terarah dan tahu akan pentingnya arti dan panggilan hidup masing-masing pribadi
yaitu untuk memuliakan Tuhan.
2) Amsal
22 : 6
TUHAN
INGIN ANAK DIAJAR DAN DIDIDIK
Diawali perintah : “didiklah”. Tuhan ingin anak
diajar dan dididik. Caranya baik lewat ajaran berbuat baik, teladan yang baik
dan memberi anak kesempatan untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya ke
dalam hidup sehari-hari. Tidak cukup bagi anak untuk sekedar tahu saja yang
terpenting adalah tahu dan melakukan [teori dan praktek]. Mendidik anak sejak
dini adalah suatu hal yang sangat penting. Karena didikan yang diberikan sejak
kecil itu bila terus menerus ditanamkan akan menjadi disiplin/kebiasaan yang
mempengaruhi karakter hidup si anak kelak. Seorang anak yang dibesarkan dengan
didikan yang salah akan terus meyakini didikan tersebut, demikian pula sebaliknya.
Oleh sebab itu, jangan sampai kita salah mendidik supaya tidak menghasilkan
generasi yang salah didikan.
Contoh : -
guru / orangtua tidak bisa hanya menyuruh anak melakukan sesuatu
keharusan tanpa guru / orangtua tersebut memberi teladan lebih dahulu.
-
Berhati-hatilah dalam mengajar anak baik
dalam sekolah minggu atau lingkungan keluarga, karena apa yang mereka terima
akan tertanam sampai mati, (misalnya : mengajarkan yang tidak sesuai firman,
menakut-nakuti anak, dsb). Hal tersebut bahkan dapat mempengaruhi kepribadian
anak.
-
Jangan hanya mengajar, tapi libatkan
anak untuk melakukan apa yang diajarkan (misalnya: hal-hal yang berkaitan
dengan moral ® jangan mencontek, jangan mencuri, dll).
3) Amsal
29 : 17
BERHASIL
DALAM MENDIDIK MENGHASILKAN ANAK DIDIK YANG MEMBANGGAKAN
Orangtua yang berhasil dalam mendidik anaknya akan
menghasilkan anak-anak yang baik, berbakti kepada orangtua dan membanggakan
orangtuanya. Anak yang dididik dalam keluarga yang teratur akan memiliki pola
hidup dan kebiasaan yang teratur. Adalah suatu kebanggaan bagi orangtua ketika
anak-anaknya kelak menjadi orang yang sukses dan membawa nama baik orangtua.
Tetapi tentunya hal tersebut tidak instan (butuh proses). Lewat didikan yang
benar maka akan tercipta generasi yang berkualitas.
Caranya
: Baik lewat disiplin, didikan, nasehat, teguran dan teladan hidup. Mengasihi
anak tidak melulu dengan cara dimanjakan saja. Ada saat-saat di mana anak harus
dinasehati, ditegur atau bahkan dihajar kalau perlu, dengan maksud agar kelak
anak tersebut menjadi anak yang baik.
B.
DARI
PERJANJIAN BARU (PB)
- Matius
18 : 10
PONDASI
IMAN ANAK
Banyak orang berpendapat bahwa mengajar anak kecil
itu mudah, gampang dibohongi. Padahal yang sesungguhnya tidaklah demikian.
Justru mengajar anak kecil itu harus berhati-hati, karena apa yang kita ajarkan
itu yang akan tertanam dalam benaknya sampai mati. Jadi bila kita mengajarkan
hal-hal yang salah, maka itu akan dibawa anak didik kita terus menerus. Bahkan
ketika kelak ia dewasa tidak mudah bagi kita untuk membongkar pondasi yang
telah tertanam tersebut. Ada banyak tokoh Alkitab yang berasal dari seorang
anak yang dididik dengan benar dan akhirnya berpengaruh bagi bangsa, keluarga
dan masyarakat seperti Ester, Daniel, Yusuf dll. Dan inipun berlaku bagi
anak-anak di masa kini.
- Matius
18 : 14
YESUS
PEDULI DENGAN ANAK-ANAK
Tuhan sangat peduli dengan anak-anak. Ia menganggap
anak-anak sama pentingnya dengan orang dewasa. Itu sebabnya Tuhan tidak ingin
anak-anak yang masih kecil disesatkan imannya. Usia anak-anak adalah usia dimana
anak mudah percaya terhadap apa yang dikatakan, diajarkan. Di sini Tuhan
menginginkan supaya anak-anak beroleh pengajaran yang benar, bukan yang
menyesatkan, sehingga anak tersebut tetap ada dalam kebenaran firman Tuhan.
- Markus
10 : 14
ANAK-ANAK
SANGAT BERHARGA DIMATA YESUS
Hal yang menarik dalam perikop ini adalah pernyataan
Yesus. Perikop sebelumnya kita melihat bahwa Yesus sedang bicara tentang
persoalan yang sangat penting yakni perceraian. Saat itu tiba-tiba ada orang
yang membawa anak-anak kecil pada Yesus. Sekarang, kita bayangkan ada seorang
direktur sedang mengadakan rapat bersama para rekan bisnisnya, dan tiba-tiba
seorang anak kecil datang, ternyata anak sang direktur masuk. Direktur merasa
terganggu dan menyuruh orang untuk menghalangi anaknya masuk karena
perbincangan ‘maha penting’ tersebut. Tentu hal yang amat menyedihkan, bukan?
Namun, tidak demikian halnya dengan Yesus. Ia tidak menganggap rendah anak
tersebut. Ia tidak merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak tersebut.
Pernyataannya melukiskan betapa Yesus sangat mengasihi anak-anak dan tidak
membedakan statusnya.
- Markus
10 : 16
YESUS
SANGAT MENGASIHI ANAK-ANAK
Yesus tidak hanya berkata, tapi juga bertindak.
Dalam perikop ini, kasih Yesus terlihat lebih nyata ketika Ia memeluk dan memberkati
anak-anak tersebut. Kedekatan hubungan Yesus dan anak-anak ini dapat kita
rasakan dalam perikop ini. Kalau Yesus sendiri sudah memberi teladan untuk
mengasihi dan memberkati anak-anak, maka para orangtua pun harus mengasihi
anak-anaknya, jangan mengutuki anak-anaknya. Kita selaku guru ataupun orangtua,
jangan pernah mengeluarkan kata-kata negatif/makian yang membuat anak ‘terluka
batinnya’. Ketika anak tidak mampu / mengecewakan, nasehati mereka dengan lemah
lembut supaya rasa percaya diri anak bangkit. Bangun kedekatan hubungan dengan
anak baik kita selaku orangtua dan guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar